Denda Hingga 50,000 Yen! Jepang Akan Melarang Merokok di Restoran dan Kafe Mulai April 2020!
Sudah merupakan hal biasa jika orang asing yang datang ke Jepang mengeluh tentang "betapa mereka tidak suka dengan restoran Jepang karena bau rokok" atau bahkan ada yang bertanya-tanya "mengapa merokok diperbolehkan di restoran dan kafe? Berlama-lama di sana menjadi hal yang tidak mungkin." Berita baiknya, hal ini akan berubah pada bulan April 2020 dengan adanya perbaikan peraturan konsumsi tembakau yang lama di Jepang. Setelah pembuatan Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan dan Ordonansi Metropolitan Tokyo untuk Mencegah Perokok pasif yang dilakukan pemerintah diimplementasikan sepenuhnya, merokok di dalam ruangan dengan banyak orang akan dilarang. Hal itu tentu membalikkan peraturan Jepang yang berlaku saat ini. Untuk membantu Anda memahami seberapa besar cakupan peraturan yang dijalankan mulai April ini, kami akan meringkas isi dari Undang-Undang Promosi Kesehatan dan Ordonansi Metropolitan Tokyo, serta cara membedakan Area Merokok Baru dari Area Bebas Rokok.
This post may contain affiliate links. If you buy through them, we may earn a commission at no additional cost to you.
Menurut WHO, Jepang berada di peringkat terendah di antara 55 negara yang melarang merokok di dalam ruangan
Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa sejarah regulasi tembakau adalah sejarah kegiatan WHO (World Health Organization). Pada tahun 1970, ketika bahaya merokok pasif mulai dikenal sebagai masalah kesehatan global, WHO menyarankan pemerintah dunia untuk menerapkan peraturan merokok. Saat masalah perokok pasif semakin terkikis dari kesadaran sosial, tahun 1988 WHO menetapkan Hari Tanpa Tembakau Sedunia yang diperingati pada tanggal 31 Mei setiap tahun, dengan tujuan untuk menormalisasi kebiasaan tidak merokok di seluruh dunia. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 2003, majelis WTO (World Trade Organization) mengadopsi Konvensi Kerangka Kerja WHO tentang Pengendalian Tembakau untuk membatasi promosi dan penjualan tembakau, yang mempercepat pembuatan undang-undang melawan perokok pasif, terutama di negara-negara maju.
Kini, sebagai hasil dari kegiatan yang dilakukan oleh WHO, tempat-tempat seperti Irlandia, Selandia Baru, Uruguay, UK, Hong Kong, Turki, dan lebih dari separuh AS telah mengeluarkan undang-undang yang sepenuhnya melarang merokok di dalam ruangan. Selain itu, pada tahun 2016, ada 55 negara di seluruh dunia yang tidak mengizinkan seseorang merokok di dalam ruangan di fasilitas umum.
Sebaliknya, Jepang tertinggal jauh dari dunia dalam hal pengendalian merokok. Berdasarkan survei WHO yang mengevaluasi pencegahan perokok pasif di negara-negara dunia dalam skala 4 Level, Jepang berada di tingkat terendah Level 1 hingga tahun 2018 (sekarang di Level 2). Hal ini disebabkan karena pada saat itu, Jepang tidak memiliki peraturan yang mengikat secara hukum mengenai konsumsi tembakau.
Kurangnya regulasi tembakau di Jepang hingga saat ini juga memunculkan masalah harga dan tingkat konsumsi tembakau. Di negara-negara lain yang mengatur tembakau secara ketat seperti Australia, satu bungkus rokok diberi harga sekitar 4,000 yen, harga tertinggi di dunia. Di UK, rokok dijual dengan harga sekitar 1,400 yen, US sekitar 750 yen, dan Prancis sekitar 900 yen. Sementara di Jepang, satu bungkus rokok berharga 400 - 500 yen, jauh lebih murah daripada di negara lain.
Itu akan terlihat semakin buruk ketika menyangkut jumlah perokok setiap tahun. Total perokok di UK per tahun adalah 828, US 1017, Prancis 1090, sedangkan di Jepang mencapai 1583. Terlepas dari kenyataan bahwa harga dan tingkat konsumsi tembakau di Jepang mirip dengan Korea, Taiwan, China, atau Filipina, sebagian wisatawan dari negara-negara tetangga di Asia ini sering terkejut dengan kurangnya regulasi tembakau di Jepang.
Jepang Meningkatkan Pembatasan Merokok dalam Persiapan untuk Olimpiade Tokyo dan Paralimpiade
Sementara Jepang berjuang dengan peraturan merokok yang sempat terbelakang, akhir-akhir ini mereka tengah berusaha keras untuk mengejar ketertinggalannya. Hal itu berkat Olimpiade dan Paralimpiade yang dijadwalkan penyelenggaraannya pada tahun 2020 di Tokyo. Sejak 1988, semua kota yang menjadi tuan rumah Olimpiade telah menerapkan larangan merokok total, dan karena Olimpiade Tokyo semakin mendekat, International Olympic Committee (IOC) mendesak Jepang untuk mengambil tindakan. Dengan demikian, pada bulan Juli 2018, pemerintah Jepang memberlakukan Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan untuk mengendalikan perokok pasif. Bulan Juni di tahun yang sama, Tokyo berupaya memperkuat kebijakan pengendalian tembakau sendiri dengan mengeluarkan Ordonansi Metropolitan Tokyo untuk Mencegah Perokok pasif. Undang-undang ini diharapkan akan berlaku penuh pada April 2020 sebelum dimulainya Olimpiade.
Kedua peraturan tersebut akan melarang siapa saja merokok di dalam ruangan di area-area yang menjadi tempat berkumpulnya orang banyak, dan mengenakan denda kepada pelanggar meskipun peraturan ini akan berbeda di beberapa tempat, seperti di toko-toko atau fasilitas tertentu yang akan terpengaruh oleh larangan itu. Oleh karenanya, kami akan menjelaskan tentang perbedaan antara Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan dan Ordonansi Metropolitan Tokyo, serta peraturan-peraturan apa saja yang harus diikuti para perokok ketika datang ke Jepang.
Hanya 45% dari Restoran dan Kafe di Jepang Akan Bebas-Rokok?!
Pada bulan Juli 2018, sebagian Undang-Undang Promosi Kesehatan diberlakukan untuk meningkatkan kesejahteraan warga Jepang, melalui revisi dan menghasilkan pembuatan Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan. Sebelum pembaruan, langkah-langkah anti-perokok pasif yang dilakukan pengelola hotel, restoran, dan sebagainya hanya berupa "kewajiban melakukan upaya" yang tidak mengikat secara hukum. Itulah alasan mengapa banyak tempat di Jepang memiliki peraturan merokok sendiri, dan mengapa orang yang tidak merokok mengalami masalah kesehatan akibat menjadi perokok pasif. Pemerintah Jepang kemudian menyadari bahwa menyerahkan keputusan penting (membuat peraturan sendiri) seperti itu kepada pengelola restoran/hotel tidaklah cukup, dan harus menempatkan suatu sistem untuk menghukum pelanggar secara efektif.
Jika Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan diterapkan, semua fasilitas di Jepang dengan jumlah pengunjung yang tinggi akan sepenuhnya bebas rokok. Namun, ada pengecualian untuk peraturan ini.
Misalnya, sebagai peraturan umum, merokok akan dilarang di tempat-tempat berikut: sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah perawatan, taman kanak-kanak, universitas, fasilitas kesehatan, fasilitas kesejahteraan anak, fasilitas administrasi, di dalam bus, taksi, dan pesawat. Meskipun demikian, mereka akan diizinkan untuk membuat area merokok di luar ruangan.
Selain restoran, kafe, dan fasilitas yang disebutkan di atas, larangan merokok juga diberlakukan di hotel, fasilitas olahraga, dan kereta, tetapi lagi-lagi mereka masih diizinkan untuk membuat ruang khusus merokok yang sudah memenuhi syarat.
Walaupun merokok di dalam restoran dan kafe dilarang, fasilitas lain yang nilainya kurang dari 50 juta yen dan memiliki luas area di bawah 100m2 akan bisa merokok di dalam ruangan selama mereka menyediakan tanda izin merokok yang memadai. Berkat adanya pengecualian itu, hanya 45% restoran dan kafe di Jepang yang akan bebas rokok, sedangkan 55% sisanya dapat melanjutkan izin merokok di tempat mereka.
Di sisi lain, Anda masih diperbolehkan merokok di bar dan pub yang tidak menyajikan makanan sebagai penjualan utama, di toko-toko yang menjual tembakau / rokok dan tidak menjual makanan sebagai penjualan utama, serta di area merokok umum yang tersebar di seluruh kota. Semua tempat tersebut, termasuk fasilitas yang terbebas dari peraturan baru ini, akan dilengkapi dengan tanda khusus yang menunjukkan peraturan apa yang berlaku di sana. Jenis-jenis tanda petunjuk merokok juga akan kami bahas dalam artikel ini.
Sebagai Kota Tuan Rumah Olimpiade, Tokyo Akan Memperkenalkan Peraturan Merokok yang Lebih Ketat
Dalam persiapan untuk Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo, pemerintah Jepang telah menetapkan Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan, tetapi masih banyak fasilitas yang mendapatkan pengecualian. Oleh karena itu, selain Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan, Tokyo akan memperkenalkan peraturan tembakaunya sendiri yang diterapkan di berbagai fasilitas di dalam area metropolitan: Ordonansi Metropolitan Tokyo untuk Mencegah Perokok Pasif.
Lebih ketat dari Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan yang diberlakukan pemerintah Jepang, Ordonansi Metropolitan Tokyo secara signifikan akan membatasi jumlah fasilitas yang mendapatkan pengecualian dari peraturan anti-merokok.
Contohnya, jika Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan memungkinkan pembuatan area merokok di luar ruangan di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sekolah perawatan, dan taman kanak-kanak, Ordonansi Metropolitan Tokyo melarang hal itu dan membuat area tersebut benar-benar terbebas dari rokok. Tujuan Ordonansi adalah untuk melindungi anak-anak dan remaja di bawah usia 20 tahun yang rentan menjadi perokok pasif.
Selain itu, sementara Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan mengizinkan konsumsi tembakau di restoran dan toko yang nilainya kurang dari 50 juta yen dengan luas di bawah 100m2 selama mereka memiliki papan izin merokok, Ordonansi Metropolitan Tokyo untuk Mencegah Perokok Pasif tidak membuat pengecualian itu. Peraturan ini memberlakukan larangan merokok di semua restoran dan kafe dengan pegawai, dan hanya mengizinkan restoran dan kafe tanpa pegawai untuk memutuskan sendiri peraturan tersebut. Dengan cara ini, merokok akan dilarang di sekitar 84% restoran dan kafe di Tokyo.
Melihat tingginya persentase fasilitas yang akan tunduk pada peraturan-peraturan ini, wajar untuk mengatakan bahwa Ordonansi Metropolitan Tokyo jauh lebih ketat daripada Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan. Ringkasan kedua peraturan dan perbedaannya dapat dilihat di bawah:
■ Perbedaan antara Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan dan Ordonansi Metropolitan Tokyo untuk Mencegah Perokok Pasif
Baik Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan dan Ordonansi Metropolitan Tokyo, keduanya berencana untuk memberikan denda kepada pelanggar yang tidak menaati peraturan anti-merokok, tetapi jumlah yang harus dibayarkan oleh pelanggar berbeda dalam dua peraturan ini. Misalnya, jika sebuah fasilitas mengabaikan larangan merokok yang diberlakukan oleh Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan, pengelola fasilitas itu harus membayar hingga 500,000 yen, sedangkan perokok akan dikenakan denda hingga 300,000 yen. Di sisi lain, di bawah Ordonansi Metropolitan Tokyo, pihak pengelola dan perokok yang mengabaikan larangan tersebut akan membayar jumlah denda yang sama hingga 50,000 yen. Oleh sebab itu, karena denda dikenakan kepada kedua belah pihak, Anda yang suka merokok disarankan untuk berhati-hati ketika berkunjung ke Jepang.
■ Jumlah Denda Menurut Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan dan Ordonansi Metropolitan Tokyo untuk Mencegah Perokok Pasif
Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan:
Pengelola Fasilitas: Hingga 500,000 yen
Perokok: Hingga 300,000 yen
Ordonansi Metropolitan Tokyo untuk Mencegah Perokok Pasif:
Pengelola Fasilitas: Hingga 50,000 yen
Perokok: Hingga 50,000 yen
Bagaimana Cara Membedakan Area Bebas Rokok dari Area Merokok?
Sesuai dengan Revisi Undang-Undang Promosi Kesehatan dan Ordonansi Metropolitan Tokyo, semua area yang diperbolehkan untuk merokok, termasuk fasilitas yang dikecualikan, harus memasang tanda yang menunjukkan jenis ruang merokok yang mereka sediakan. Jika di masa mendatang Anda mengunjungi fasilitas-fasilitas ini, Anda harus memahami jenis-jenis tanda yang akan banyak terlihat mulai April 2020. Berikut adalah tanda-tanda yang membedakan area merokok dari area bebas rokok:
■ Tanda Larangan Merokok
■ Tanda yang Menunjukkan Tersedia Ruang Merokok Khusus
■ Tanda yang Menunjukkan Tersedia Ruang Merokok Khusus Hanya untuk Rokok Elektronik
■ Tanda Untuk Menunjukkan Bahwa Anda Diperbolehkan Merokok di Bar atau Pub Tersebut
■ Tanda Untuk Menunjukkan Area Merokok Umum
Kesimpulan
Dengan adanya Olimpiade Tokyo 2020, Jepang melakukan upaya ekstra menuju globalisasi dan untuk mempercantik perkotaan. Merokok adalah salah satu masalah sosial yang dihadapi Jepang sejak lama, dan semenjak masalah itu menjadi sorotan, negara ini mengambil langkah-langkah signifikan untuk memperbaiki situasi tersebut.
Jepang dikenal sebagai negara yang taat terhadap peraturan dan memiliki kedisiplinan tinggi. Anda dapat melihatnya di kehidupan sehari-hari mereka, ketika orang-orang berbaris rapi di luar restoran dan sebelum naik kereta, atau membawa sampah ke rumah untuk dibuang jika mereka tidak sempat atau tidak menemukan tempat sampah yang tepat. Jadi, peraturan merokok baru ini pun diharapkan bisa terlaksana dengan efektif agar Jepang dapat menghilangkan perokok pasif dan menciptakan masyarakat yang lebih baik.
Jika Anda ingin memberikan komentar pada salah satu artikel kami, memiliki ide untuk pembahasan yang ingin Anda baca, atau memiliki pertanyaan mengenai Jepang, hubungi kami di Facebook, Twitter, atau Instagram!
The information in this article is accurate at the time of publication.