Kota Kecil Rikuzentakata dan Kisah Miracle Pine - Pohon Pinus yang Bertahan di Tengah Tsunami Jepang
Lebih dari sepuluh tahun lalu, tepatnya pada tanggal 11 Maret 2011, kota kecil Rikuzentakata di selatan Pesisir Sanriku di Prefektur Iwate nyaris terhapus dari peta akibat gempa bumi dan tsunami yang meluluhlantakkan daerah tersebut. Namun, kini Rikuzentakata sudah berdiri kembali lebih kuat dan menjalani kehidupan barunya. Kota yang menjadi rumah bagi hampir 20.000 orang ini sekali lagi menyambut pengunjung untuk datang ke surga pesisir mereka dengan tangan terbuka. Berikut adalah kisah perjuangan yang dihadapi Kota Rikuzentakata, tantangan yang telah mereka lalui, dan ketangguhan penduduk setempat yang luar biasa untuk bangkit.
This post may contain affiliate links. If you buy through them, we may earn a commission at no additional cost to you.
Sejarah Rikuzentakata
Ada banyak kelompok berbeda yang menempati kota tepi laut Rikuzentakata di sepanjang sejarahnya. Kelompok pertama yang tercatat adalah orang Emishi, penduduk pribumi Jepang yang secara bertahap terdorong lebih jauh ke utara dari waktu ke waktu oleh Yamato, nenek moyang orang Jepang modern. Apakah terdengar familier di telinga Anda? Ya, peristiwa bersejarah ini menjadi dasar plot film Princess Mononoke karya Hayao Miyazaki.
Setelah jatuhnya Emishi dan kebangkitan Yamato pada zaman Edo (1603 - 1867), Rikuzentakata tunduk di bawah kekuasaan Klan Date. Selama periode tersebut, Klan Date setia pada domain Sendai, dan daerah yang sekarang merupakan tempat berdirinya Rikuzentakata digunakan untuk kegiatan pertambangan, perhutanan, dan perikanan. Kota ini juga populer di kalangan orang-orang kaya dan elite sebagai tempat untuk berlibur dan menikmati semilir angin laut saat musim panas.
Gelombang Laut Paling Mengerikan
Pukul 14:46 tanggal 11 Maret 2011, dunia menyaksikan Jepang yang dilanda bencana alam paling dahsyat dalam sejarah terbaru dengan perasaan pilu. Gempa bumi yang kuat mengguncang daratan, hanya menyisakan puing-puing di atasnya, lalu disusul tsunami dengan gelombang setinggi 10 meter yang menghantam daerah timur laut pesisir Jepang.
Meskipun kerusakan di banyak tempat benar-benar di luar perkiraan, Rikuzentakata termasuk salah satu kota yang terdampak paling parah. Pada saat gelombang tsunami mulai surut, hampir tidak ada apa pun yang bisa terlihat di kota itu. Menurut laporan resmi dari pihak kepolisian setempat, semua bangunan yang tingginya kurang dari tiga lantai terendam air, dan dari sedikit bangungan yang tersisa pun hanya tinggal kerangkanya saja. Menandakan sebuah rumah pernah berdiri di sana.
Hal yang lebih menyakitkan dari kehancuran itu sendiri, tentu saja, hilangnya nyawa para korban bencana. Korban tewas di Rikuzentakata diperkirakan mencapai 1.763 orang, sekitar 10% dari total populasi kota. Namun, angka-angka tersebut tidak pasti karena banyak dari jasad korban tidak pernah ditemukan.
Keajaiban Dalam Kepiluan
Sebelum tsunami dan peristiwa 11 Maret, apa yang menarik wisatawan untuk mengunjungi kota kecil Rikuzentakata? Meskipun hidangan seafood lezat dan suasana pantai yang indah turut andil dalam memikat wisatawan, daya tarik sebenarnya dari surga tersembunyi ini adalah "Takata-Matsubara".
Hutan pinus "Takata-Matsubara" dipenuhi lebih dari 70.000 pohon pinus berwarna hijau zamrud yang kontras dengan pantai berpasir putih di garis pantai Rikuzentakata. Pohon-pohon itu konon ditanam oleh pedagang setempat di bawah perintah Date Tsunamune pada tahun 1667 sebagai cara untuk melindungi kota dari angin laut yang kencang ketika terjadi badai. Pada periode Showa (1926 - 1989), Takata-Matsubara ditambahkan ke dalam daftar 100 Lanskap Terbaik di Jepang, dan di tahun 1940, hutan pinus tersebut ditetapkan sebagai Tempat Berpemandangan Indah Nasional di Jepang.
Setelah bencana 11 Maret, saat penduduk kota mulai kembali ke rumah mereka masing-masing untuk melihat kondisi dan menilai sendiri seberapa besar kerusakannya, harapan seolah pupus begitu saja. Kota itu telah diratakan oleh alam hingga tidak bisa dikenali lagi. Takata-Matsubara yang pernah menjadi kebanggaan kota pun sudah tinggal kenangan, menyisakan semak berduri dan akar pepohonan.
Namun, di antara semua kekacauan, kehancuran, dan rasa sakit yang mencengkeram nurani, ada satu pohon pinus yang masih berdiri tegak di tengah reruntuhan. Dari ribuan pohon pinus di pantai Rikuzentakata, hanya satu yang berhasil bertahan, seolah-olah mengirimkan pesan harapan dan inspirasi kepada masyarakat Tohoku. Ditampilkan sebagai simbol kekuatan, ketangguhan, dan rasa persatuan masyarakat Tohoku, pohon ini kemudian dijuluki "Pohon Pinus Ajaib" (Miracle Pine Tree). Hingga kini, Pohon Pinus Ajaib menjadi pengingat betapa kuatnya penduduk kota Rikuzentakata dalam menghadapi segala tantangan usai mengalami nestapa.
Rikuzentakata Hari Ini
Rikuzentakata mengalami kemajuan yang sangat pesat menuju pemulihan dan siap menyambut kedatangan para wisatawan. Sebagian besar keluarga yang mengungsi juga sudah kembali pulang ke rumah. Kota itu sekarang telah direkonstruksi dengan indah untuk mengakomodasi pengunjung dari seluruh negeri. Jika Anda ingin mengetahui apa yang membuatnya begitu istimewa, kunjungilah beberapa tempat wisata paling populer di Rikuzentakata berikut ini:
Iwate Tsunami Memorial Museum
Di sebelah tembok laut baru yang melindungi Kota Rikuzentakata terdapat Iwate Tsunami Memorial Museum, yang dibangun untuk mengenang korban bencana, tantangan yang dilalui, dan proses pemulihan masyarakat di Prefektur Iwate. Di sini, Anda dapat melihat pameran artefak dan foto yang mendokumentasikan bencana, dan mendengar pemandu menceritakan pengalaman pribadi mereka saat peristiwa mengerikan itu terjadi. Di dekatnya juga ada Pohon Pinus Ajaib, landmark kota yang paling ikonis.
Gunung Hikami
Gunung Hikami menawarkan pemandangan indah seluruh Kota Rikuzentakata dan kemegahan laut biru dari atas. Di puncak gunung, ada kuil Shinto yang disebut "Hikami-jinja". Pemandangan lereng gunung dikatakan terlihat semakin indah di musim gugur, ketika dedaunan berubah warna sepenuhnya. Pendakian santai ke puncak gunung tidak akan memakan waktu lebih dari dua jam.
Tanjung Jagasaki
Terletak di Semenanjung Otomo, tanjung berkarang ini menyajikan pemandangan spektakuler laut biru Pasifik di sepanjang Pesisir Sanriku. Tanjung Jagasaki sangat ideal untuk mereka yang ingin berjalan-jalan, piknik, atau hanya sekadar menikmati alam.
Kesen Carpentry and Folklore Museum
Kesen Carpentry and Folklore Museum melestarikan tradisi dan teknik salah satu dari empat sekolah pertukangan besar di Jepang, Kesen, yang telah diwariskan selama berabad-abad. Pastikan Anda meluangkan waktu untuk mendengarkan kisah-kisah para tukang kayu ahli dan melihat kelihaian tangan para perajin selagi mereka mengukir ribuan tahun sejarah dan pengalaman menjadi potongan-potongan kayu sederhana.
Menuju dan Berkeliling Rikuzentakata
Jika titik keberangkatan Anda adalah Tokyo, naik JR Tohoku Shinkansen dari Stasiun Tokyo ke Stasiun Ichinoseki (150 menit / 13, 000 yen). Dari sana beralih ke JR Ofunato Line ke Kesennuma (80 menit), lalu naik bus JR ke Rikuzentakata (30 menit). Pergi dari Stasiun Ichinoseki juga merupakan cara terbaik untuk tiba di Rikuzentakata bila Anda berangkat dari bagian lain Tohoku seperti Sendai atau Morioka.
Perlu Anda ketahui, pergi dan berkeliling Rikuzentakata tanpa mobil pribadi (atau sewa) cukup menyulitkan karena transportasi umum tidak banyak tersedia dan sering kali musiman. Kami merekomendasikan Anda menyewa sepeda atau mengikuti tur bersepeda. Anda bisa mendaftar di Rikuzentakata Bussan Center yang terhubung dengan Iwate Tsunami Memorial Museum. Kota ini memiliki infrastruktur yang sangat baik untuk bersepeda dan cuacanya cenderung bagus pada bulan April dan November.
Proyek Rikuzentakata
Meskipun mengalami kehancuran yang tidak bisa dilupakan sejak tahun 2011, Rikuzentakata telah membuat kemajuan pesat menuju pemulihan total. Salah satu cara yang dilakukan Rikuzentakata untuk menghormati para korban jiwa dan menjaga memori lamanya tetap hidup adalah dengan Proyek Rikuzentakata, yang dibuat pada tahun 2015 oleh Universitas Rikkyo. Program 5 hari ini diadakan secara rutin dalam bahasa Inggris untuk mengedukasi orang-orang dari seluruh dunia tentang peristiwa 11 Maret dan seperti apa proses pemulihan kota tersebut.
Selain Proyek Rikuzentakata, ada pula berbagai kegiatan budaya menarik lainnya, seperti memancing, memanen tiram, dan budidaya rumput laut "wakame". Untuk mengetahui lebih lanjut pesona Kota Rikuzentakata, silakan kunjungi website resminya.
Kredit Gambar Judul: PIXTA
Jika Anda ingin memberikan komentar pada salah satu artikel kami, memiliki ide untuk pembahasan yang ingin Anda baca, atau memiliki pertanyaan mengenai Jepang, hubungi kami di Facebook!
The information in this article is accurate at the time of publication.